Alat Peraga sebagai ALternatif Pembelajaran Matematika


Alat Peraga sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika

Oleh: Halida Hanun (0801292)
Universitas Pendidikan Indonesia

Matematika merupakan salah satu pelajaran yang menjadi momok bagi sebagian siswa. Banyak alasan mengapa matematika sangat tidak disukai oleh siswa. Di antaranya karena matematika merupakan ilmu yang mempelajari subjek bersifat abstrak, sehingga siswa sulit memahami konsep-konsep matematika. Selain itu, dalam matematika terdapat banyak simbol-simbol. Hingga alasan yang menyatakan bahwa metode mengajar guru yang kurang membuat siswa tertarik untuk mempelajari matematika. Susento dan Rudhi mengatakan bahwa salah satu prinsip pembelajaran matematika yaitu prinsip pedagogis.[i] Adapun yang dimaksud dengan prinsip pedagogis yaitu pembelajaran diawali dari hal yang konkrit menuju hal abstrak, dari yang rumit menuju sederhana, menggunakan berbagai sumber bahan ajar. Pada pembelajaran matematika, prinsip pedagogis ini dapat dilakukan menggunakan sumber bahan ajar berupa alat peraga.
Berawal dari hal tersebut, terbersit dalam benak saya, mungkin harus ada metode pembelajaran matematika yang berbeda dari biasanya. Sebuah metode pembelajaran matematika yang tidak selalu berpatokan pada buku paket dan mengerjakan latihan soal-soal.  Dibutuhkan metode pembelajaran yang tidak kaku dan membuat siswa tertarik untuk mempelajari matematika. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan alat peraga.
Alat peraga matematika menurut Darhim dalam bukunya yang berjudul “Workshop Matematika”[ii] adalah alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran yang telah dituangkan dalam GBPP bidang studi Matematika dan bertujuan untuk mempertinggi kegiatan bekajar mengajar. Sementara itu, Ruseffendi dalam bukunya[iii] menyatakan bahwa fungsi alat peraga adalah supaya anak-anak lebih besar minatnya; supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih mengerti dan lebih besar daya ingatnya; serta supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang dipelajarinya dengan alam sekitar dan masyarakat.
Berdasarkan survey yang saya lakukan, ternyata masih banyak guru atau sekolah yang belum menggunakan alat peraga matematika. Kalau pun ada yang sudah menggunakan, hanya sekadar alat sederhana misalnya bangun ruang dari karton. Bagi saya yang telah mendapat mata kuliah Media Pembelajaran Matematika, hal tersebut sangat disayangkan. Sudah banyak alat peraga matematika yang telah dibuat oleh mahasiswa-mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika Universitas Pendidikan Indonesia, tetapi mengapa masih sedikit guru yang menggunakan alat peraga?
Sebagai solusi dari hal di atas, seharusnya diadakan sosialisasi tentang alat peraga matematika kepada guru atau sekolah melalui workshop. Selain itu, sebagai generasi muda hendaknya kita lebih kreatif dalam membuat dan menciptakan alat peraga matematika. Dan mungkin saja, jika seluruh mahasiswa jurusan Pendidikan Matematika membuat sebuah perusahaan alat peraga sehingga dapat memfasilitasi sekolah-sekolah yang ingin mendapatkan alat peraga matematika. Jika solusi ini sudah dilakukan, maka alat peraga dapat dijadikan alternatif sebagai metode pembelajaran Matematika agar siswa lebih tertarik dan berminat mempelajari matematika.
Namun demikian, penggunaan alat peraga matematika ini tidak cocok untuk digunakan di setiap tingkatan pendidikan. Sebagai contoh, pada jenjang SMA, pada tingkat ini siswa diharapkan sudah mampu berpikir abstrak, oleh karena itu pembelajaran matematika menggunakan alat peraga bukanlah ide yang baik. Lain halnya pada tingkat Sekolah Dasar (SD). Pada tingkat Sekolah Dasar, siswa yang baru saja mempelajari matematika akan sangat kesulitan jika tidak dibantu dengan hal-hal yang konkrit. Selain memberikan contoh yang terdapat pada kehidupan sehari-hari, penggunaan alat peraga diharapkan dapat membantu siswa.
Jadi, sesuai judul artikel ini yaitu “Alat Peraga sebagai Alternatif Pembelajaran Matematika”, penggunaan alat peraga hanyalah sebuah alternatif dalam pembelajaran matematika. Alat peraga digunakan hanya sesekali waktu agar siswa terbantu dalam memahami konsep-konsep matematika yang bersifat abstrak. Penggunaan alat peraga secara rutin mungkin dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, atau bisa saja siswa lebih tertarik dengan bentuk alat peraga bukan terhadap fungsi alat peraga itu sendiri.





[i] Susento dan Rudhito, M. Andy. (2008. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://pmatandy.blogspot.com/2008/12/prinsip-prinsip-pembelajaran-matematika.html.
[ii]  Darhim. (2007). Workshop Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
[iii] Ruseffendi, E.T. (1979). Dasar-Dasar Matematika Modern Untuk Guru. Bandung: Tarsito.


0 komentar:

Posting Komentar